LPS Alami 2,2 Miliar Serangan Siber dari 40 Negara

Read Time:2 Minute, 38 Second

LPS Alami 2,2 Miliar Serangan Siber dari 40 Negara

Jakarta – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Indonesia mengungkapkan fakta mengejutkan: sepanjang tahun ini, sistem LPS mengalami sekitar 2,2 miliar serangan siber yang berasal dari 40 negara. Angka ini menunjukkan bahwa sektor keuangan dan data simpanan masyarakat menjadi target utama para peretas global.


Latar Belakang Ancaman Siber pada LPS

LPS merupakan lembaga strategis yang menjamin simpanan nasabah perbankan di Indonesia. Karena perannya yang krusial, sistem LPS kerap menjadi target serangan siber, baik untuk tujuan kriminal maupun spionase industri.

Menurut Kepala Divisi Teknologi Informasi LPS, Andi Setiawan:

“Serangan siber tidak hanya berasal dari dalam negeri. Data dan sistem yang kami kelola memiliki nilai tinggi di pasar gelap internasional, sehingga menjadi incaran hacker lintas negara.”


Modus Serangan yang Dihadapi

LPS menghadapi beragam metode serangan siber:

  1. Phishing dan Social Engineering
    Peretas mencoba mendapatkan akses akun pegawai atau data sensitif melalui email dan pesan palsu.

  2. Malware dan Ransomware
    Serangan ini berpotensi mengunci sistem internal LPS dan meminta tebusan untuk membuka kembali.

  3. Distributed Denial of Service (DDoS)
    Serangan ini menargetkan server LPS untuk mengganggu akses sistem dan layanan digital.

  4. Brute Force dan Credential Stuffing
    Percobaan login masif dilakukan untuk menebak password pegawai atau pihak internal.

Dr. Rina Prasetyo, pakar keamanan siber, menambahkan:

“2,2 miliar serangan ini menandakan bahwa keamanan siber sektor keuangan adalah isu global, bukan sekadar lokal.”


Dampak Potensial Serangan

Jika serangan berhasil, dampak yang ditimbulkan bisa sangat serius:

  • Kebocoran Data Nasabah
    Informasi rekening, transaksi, dan identitas nasabah bisa tersebar ke pihak tidak bertanggung jawab.

  • Kerugian Finansial
    Tindakan peretas dapat menimbulkan kerugian miliaran rupiah bagi lembaga dan bank-bank terkait.

  • Gangguan Layanan
    Layanan penjaminan simpanan dan sistem digital LPS bisa terganggu, memengaruhi kepercayaan masyarakat.

  • Kerusakan Reputasi
    Kepercayaan publik terhadap keamanan perbankan nasional bisa menurun drastis.


Upaya Mitigasi LPS

Menghadapi serangan besar ini, LPS telah menerapkan beberapa strategi mitigasi:

  1. Penguatan Infrastruktur IT

  • Firewall, IDS/IPS, dan sistem deteksi ancaman real-time

  • Segmentasi jaringan untuk melindungi data sensitif

  1. Pelatihan dan Edukasi Pegawai

  • Edukasi mengenai phishing, malware, dan social engineering

  • Simulasi serangan untuk meningkatkan kesiapsiagaan

  1. Kerja Sama Internasional

  • Berkolaborasi dengan BSSN dan lembaga keamanan global

  • Memantau ancaman siber dari lintas negara

  1. Backup dan Enkripsi Data

  • Semua data penting dienkripsi dan dibackup secara berkala

  • Akses terbatas bagi pihak internal dengan autentikasi multi-lapisan

Andi Setiawan menegaskan:

“Meskipun serangan siber terus meningkat, kami optimis sistem LPS tetap aman berkat protokol keamanan yang berlapis dan kolaborasi lintas institusi.”


Tren Ancaman Siber Global di Sektor Keuangan

Data dari LPS menunjukkan tren global:

  • Serangan siber lintas negara meningkat seiring digitalisasi sektor keuangan

  • Peretas menargetkan data nasabah, sistem IT bank, dan lembaga penjamin simpanan

  • Ransomware menjadi modus favorit karena dapat langsung mengancam operasional

Menurut Dr. Rina Prasetyo:

“Sektor keuangan akan terus menjadi incaran peretas karena nilai data dan akses ke uang digital sangat tinggi.”


Kesimpulan

LPS Indonesia menghadapi 2,2 miliar serangan siber dari 40 negara, menandakan bahwa ancaman siber sektor keuangan semakin serius dan global. Mitigasi harus dilakukan secara teknologi, sumber daya manusia, dan kolaborasi internasional.

Langkah yang telah diambil LPS, termasuk:

  • Penguatan infrastruktur IT

  • Edukasi pegawai dan simulasi serangan

  • Backup dan enkripsi data

  • Kerja sama lintas institusi

diharapkan mampu menjaga keamanan data nasabah, layanan digital, dan kepercayaan publik, sekaligus menghadapi ancaman siber yang terus berkembang.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Peringatan FBI: Serangan Siber Mengintai Industri Penerbangan
Next post Dunia Hari Ini: Jutaan Data Pelanggan Maskapai Qantas Terancam Bocor